Sabtu, 09 Mei 2020

Arya Udawa

Gadis Rantau
 Arya Udawa merupakan putra Prabu Basudewa, dan menjadi patih di Dwarawati, yaitu patihnya Prabu Krisna. Patih Udawa berasal dari Widara kandang, dia adalah anak prabu Basudewa dengan nyai Sagopi yang pernikahanya dirahasiakan. Karena nyai Sagopi dulu adalah penari kraton yang sangat cantik parasnya, dan secara diam-diam prabu Basudewa menaruh hati padanya (nyai Sagopi). Alhasil dengan hubungan secara diam-diam tersebut, Nyai Sagopi melahirkan seorang putra yang diberi nama Udawa. Akan tetapi waktu Udawa masih dalam kandungan, ibundanya Nyai Segopi diserahkan kepada Antagopa, dan Udawa terlahir sebagai anak dari Antagopa.

Sejak kecil Udawa sudah berkumpul dengan saudara-saudaranya, yaitu Kakrasana, Narayana dan Roroireng. Sejak kecil sampai dewasa Udawa sering mengikuti kemanapun Narayana (Kresna) pergi, mulai dari Narayana bertapa hingga sampai Narayana diangkat menjadi raja di Dwarawati. Karena kesetianya, maka Udawa diangkat menjadi patih di Dwarawati. Patih Udawa tergolong juga patih yang sakti, jujur, dan selalu mentaati perintah rajanya.

==================================================

Udawa adalah putra dari nyai Segopi. Adalah rahasia besar kerajaan Mandura pada masa prabu Basudewa. Rahasia yang menyatakan bahwa Udawa adalah putra raja Mandura, Basudewa dengan nyai Segopi. Seorang abdi dalem yang berwajah cantik itu telah membuat sang raja terpesona dan jatuh cinta padanya. Hingga suatu hari akhirnya terjadi lah peristiwa yang akhirnya menyebabkan Nyai Segopi mengandung dan melahirkan anak laki – laki yang tampan. Oleh prabu Basudewa diberi nama Udawa dan di beri pusaka kyai Gondo Ludiro, pusaka berwujud keris ligan. Kemudian Nyai Segopi dan bayinya akhirnya di berikan kepada Demang Sagopa atau Antyagopa di Widarakandang.

Pada saat masih muda, Udawa selalu bersama Narayana (Kresna muda) yang saat itu bersama kakaknya, Kakrasana dan adiknya Bratajaya juga diasuh oleh demang Antyagopa. Kemana saja Narayana pergi, Udawa selalu mengikutinya.

Sampai pada saat Narayana berguru kepada Begawan Padmanaba, Udawa pun ikut berguru. Sehingga saat setelah Begawan Padmanaba yang merupakan jelmaan bathara Wisnu memberikan cakra dan wijaya kusuma lalu bersatu dengan Narayana. Narayana kemudian berkata pada Udawa, bahwa suatu saat jika dia menjadi raja, maka Udawa lah yang berhak menjadi patihnya.

Sabda itupun terjadi, setelah berhasil mengalahkan prabu Yudakalakresna dari kerajaan Dwarakawestri atau Dwarawati, Narayana pun menjadi raja di Dwarawati bergelar sri Kresna, dan patihnya tidak lain adalah Udawa.

Setelah resmi menjadi patih di Dwarawati, saat itu Udawa berkeinginan untuk membebaskan bumi Widarakandang dari Negara Mandura, yang saat itu rajanya adalah saudara seayah, prabu Balarama atau Baladewa. Namun keinginan itu membuat prabu Baladewa marah besar karena merasa Udawa akan memberontak. Puncaknya, terjadi pertempuran sengit antara Prabu Baladewa dan patih Udawa yang menginginkan kemerdekaan bumi Widarakandang. Keduanya sama – sama sakti dan tidak ada yang menang dan kalah. Akhirnya Baladewa mengeluarkan senjata pamungkasnya, tombak Nenggala dan Udawa mengeluarkan pusaka warisan ayahnya, keris kyai Gondo Ludiro. Saat kedua pusaka tersebut bertabrakan timbullah api yang sangat dasyat dan menimbulkan Goro – Goro di kahyangan Suralaya. Hyang Narada pun akhirnya menuju ke alam kaswargan mencari sukma Basudewa agar melerai mereka dan menjelaskan semuanya.

Akhirya keduanya pun dilerai oleh sukma Basudewa. Dan Basudewa pun menjelaskan pada Baladewa bahwa bumi Widarakandang sudah di bebaskan dan dimerdekakan sepenuhnya dan di bawah kekuasaan demang Antyagopa waktu itu. Karena sekarang Udawa yang mewarisi, berarti Udawa berhak atas bumi Widarakandang dan bumi Widarakandang bebas serta menjadi bumi merdeka. Baladewa pun akhirnya mau menerima. Dan atas permintaan Basudewa pula lah tombak Nenggala dipotong sedikit pegangannya untuk dijadikan pegangan keris Gondo Ludiro. Setelah semua selesai sukma Basudewa kembali ke kahyangan dan Udawa pun akhirnya berhasil menjadikan bumi Widarakandang sebagai bumi merdeka dan menjadikannya sebagai kepatihan Dwarawati.

Udawa sosok patih yang setia kepada rajanya. Saat lakon Gendreh Kemasan. Udawa berperang dengan prabu Baladewa karena Baladewa terkena fitnah patih Sengkuni, Udawa akhirnya tertembus Nenggala karena kerisnya berhasil direbut oleh Baladewa. Dia tidak mati, dia terus merangkak dan menjauh dari Dwarawati. Tekadnya tidak akan mati sebelum dia bertemu dengan Sri Kresna yang saat itu menghilang dari kerajaan. Akhirnya Udawa mati didepan prabu Kala Supadma jelmaan Sri Kresna. Melihat kesetiaannya itulah, Akhirnya Udawa dihidupkan kembali.

Begitu juga saat Sri Kresna bertapa tidur di Sumur Jalatunda, tepatnya di bale Makambang. Bersama adiknya yang menjadi Senopati Dwarawati, Setyaki dan putra Sri Kresna, Setyaka dia menjaga ketentraman disana. Tidak lama setelah itu datanglah Anoman dan Gathotkaca membantu menjaga ketentraman disana. Udawa lah yang bisa menaklukan Baladewa yang sedang marah – marah dan ingin sekali membangunkan Sri Kresna.

Begitulah Sosok patih Udawa yang tegas, setia dan pantas di contoh. Sebagai patih atau wakil dari raja. Kesetiannya kepada raja sejak masih muda, belum menjadi raja sampai usai perang bharatayuda.