Peradaban lembah Sungai Nil (Peradaban Mesir Kuno merupakan peradaban tertua di benua Afrika. Kesuburan tanah menjadi alasan utama yang membuat daerah ini menjadi menarik untuk ditempati oleh manusia sehingga terciptalah sebuah peradaban. Tingkat kesuburan tanah disebabkan oleh adanya sumber air yang melimpah dari sungai Nil yang bermata air di Danau Albert, wilayah Negara Uganda.
Peradaban Mesir kuno ditetapkan sebagai peradaban tertua di dunia setelah ditemukannya batu Rosetta yang kemudian dibaca oleh seorang sarjana Perancis yang bernama Champollion pada tahun 1822. Tulisan peradaban Mesir kuno berupa hieroglif yakni tulisan bergambar. Kemudian tulisan ini mengalami bentuk penyederhanaan menjadi hieratik kemudian disederhanakan lagi menjadi demotik yang ditulis dengan pena jerami pada daun papirus.
Kebesaran peradaban Mesir Kuno dapat kita lihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini seperti Piramida, Sphinx dan Obelisk. Selain itu juga dapat kita lihat dari berdirinya kota-kota kuno seperti Kota Kairo, Iskandaria, Abusir dan Rosetta yang terletak di lembah Sungai Nil. Adapun mata pencaharian masyarakat pada zaman ini adalah bertani dan berdagang.
Pada zaman pemerintahan Raja Chufu, Raja Chepren dan Raja Menkaure, masyarakat Mesir Kuno memiliki kepercayaan bahwa jiwa orang yang telah meninggal tetaplah hidup meskipun jasadnya telah mati. Oleh karena itu, perlu pengawetan (mumi) pada jasad agar tetap utuh. Nah, proses ini dinamakan hoeker bestafung. Selain itu mereka juga percaya dengan adanya dewa-dewa misalnya Dewa Osiris, Dewa Isis, Dewa matahari serta mensucikan hewan elang.
Sistem Pemerintahan bangsa Mesir Kuno berupa kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja (firaun) dimana dalam kehidupan sosial tercipta susunan kehidupan sosial dan masyarakat seperti bangsawan, pedagang, petani, buruh dan budak. Status sosial yang berupa budak menjadi status sosial terendah dan paling menderita karena dituntut harus melayani kebutuhan sang majikan.
Masyarakat Bangsa Mesir Kuno dapat disatukan oleh Firaun Menes sehingga ia diberi penghargaan oleh masyarakat sebagai raja bermahkota kembar (Nesutbitti). Kehidupan Raja (Firaun) sangat dihormati oleh masyarakat bahkan hampir disamakan seperti dewa. Masyarakat beranggapan bahwa raja merupakan sosok Dewa Horus, anak dari dewa Osiris.
Pemerintahan Mesir Kuno dapat kita bagi menjadi tiga zaman yaitu:
A. Mesir Kuno (3400 SM – 2160 SM)
Pada tahun 5000 SM, diperkirakan telah ada perkampungan kecil yang didirikan di sekitar Sungai Nil. Lambat laun, perkampungan ini berkembang menjadi sebuah kerajaan yang dinamakan sebagai Kerajaan Mones yang kemudian berkembang lagi mejadi dua kerajaan besar yakni Kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu.
Masyarakat Mesir Kuno menyebut raja mereka dengan sebutan Firaun atau Pharaoh yang artinya “rumah besar”. Hal ini disebabkan karena peran raja sangat dominan, mutlak serta merupakan sentral kehidupan sosial, politik dan kepercayaan masyarakat. Pada zaman ini, Raja Menes mampu menyatukan Kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu sehingga mampu memobilisasi masyarakat, hal ini dibuktikan dari adanya bagunan besar seperti piramid. Pemerintahan ini kemudian berturut-turut bergantian dipimpin oleh Raja Chufu, Raja Chepren dan Raja Menkaure.
Pada saat pemerintahan Raja Pepi I, Masyarakat Mesir Kuno mampu memperluas wilayahnya hingga daerah Sudan (Nubia) dan Abessyiria. Namun pada saat pemerintahan Raja Pepi II yang beribu kota di Memphis, kekuatan Mesir Kuno melemah disebabkan adanya perpecahan sehingga terbentuklah kerajaan-kerajaan kecil.
B. Mesir Pertengahan (2160 SM – 1788 SM)
Pada zaman ini terdapat dua pemerintahaan yakni pemerintahan Raja Sesotris III dan Raja Amenemhet III.
1. Raja Sesotris III
Keberhasilan Raja Sesotris III dimulai saat ia mampu menyatukan kembali Bangsa Mesir yang semula mengalami perpecahan pada masa pemerintahan Raja Pepi II. Selain itu, ia mampu memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke wilayah Sudan, Palestina dan ke daerah Sichem. Keberhasilan Raja Sesotris III tak hanya berhenti disitu, dimasa pemerintahannya Ia juga mampu menerapkan hubungan diplomasi dengan negara lain (Laut Tengah dan Laut Merah) terutama terkait perdagangan serta menstabilkan kondisi ekonomi dan politik sehingga masyarakat Bangsa Mesir mengalami peningkatan kesejahteraan.
Pada masa Sesotris III, kebijakan menyimpan jasad para firaun dirubah menjadi tidak di makamkan di piramid melainkan di Gua Karang. Hal ini atas pertimbangan keamanan.
2. Raja Amenemhet III
Keberhasilan Raja Amenemhet III bisa dinilai saat ia mampu memajukan pertanian masyarakat Mesir dengan memanfaatkan Sungai Nil lebih optimal. Sungai Nil tiap tahun akan mengalami banjir sehingga para masyarakat dan pendeta selalu siap dalam membuat bendungan-bendungan air. Saat air sungai surut, air-air yang tersimpan di bendungan dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan.
Kemajuan Bangsa Mesir dan kondisi tanahnya yang subur akhirnya menarik untuk diperebutkan, adalah serangan dari Bangsa Hykos yang akhirnya mampu menguasai Mesir dan mendirikan kota Awiris sebagai pusat pemerintahan. Bangsa Hykos yang berasal dari Jazirah Arab mampu melebarkan kekuasaan dan menyerang wilayah-wilayah Mesir lainnya seperti daerah Palestina dan Syria. Efek kependudukan Bangsa Hykos menyebabkan adanya pertukaran budaya. Masyarakat Mesir banyak menyerap ilmu seni dan keterampilan dari Bangsa Hykos seperti keterampilan dalam membuat alat pertanian dan senjata yang terbuat dari perunggu. Hal ini dalam perkembangannya membuat Bangsa Mesir menjadi bangsa yang kuat, maju dan modern.
C. Mesir Baru (1500 SM – 1100 SM)
Sejak 1750 SM, Bangsa Hykos telah menduduki wilayah Mesir dan menyebabkan sejumlah perkembangan. Namun situasi menjadi berubah tatkala bangsa Mesir dibawah Kerajaan Thebe berhasil menyerang dan mengusir Bangsa Hykos dari ibu kota, Awiris. Sejak saat itu, wilayah Mesir dikuasai oleh Kerajaan Thebe dimana pemerintahannya dikuasai oleh raja-raja Thebe yang kemudian membentuk kerajaan Mesir Baru.
Adapun raja-raja yang pernah memimpin pada saat itu adalah sebagai berikut:
Setelah ditaklukkan oleh Bangsa Syiria, akhirnya Mesir dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen dimana kemudian penggantinya berasal dari Bangsa Yunani dengan Ptolemeus sebagai dinasti akhir. Salah sati keturunan dari dinasti ini adalah Ratu Cleopatra. Kemudian pada tahun tahun 27 SM, Mesir menjadi wilayah kekuasaan Bangsa Romawi.
Peradaban Mesir kuno ditetapkan sebagai peradaban tertua di dunia setelah ditemukannya batu Rosetta yang kemudian dibaca oleh seorang sarjana Perancis yang bernama Champollion pada tahun 1822. Tulisan peradaban Mesir kuno berupa hieroglif yakni tulisan bergambar. Kemudian tulisan ini mengalami bentuk penyederhanaan menjadi hieratik kemudian disederhanakan lagi menjadi demotik yang ditulis dengan pena jerami pada daun papirus.
Kebesaran peradaban Mesir Kuno dapat kita lihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini seperti Piramida, Sphinx dan Obelisk. Selain itu juga dapat kita lihat dari berdirinya kota-kota kuno seperti Kota Kairo, Iskandaria, Abusir dan Rosetta yang terletak di lembah Sungai Nil. Adapun mata pencaharian masyarakat pada zaman ini adalah bertani dan berdagang.
Pada zaman pemerintahan Raja Chufu, Raja Chepren dan Raja Menkaure, masyarakat Mesir Kuno memiliki kepercayaan bahwa jiwa orang yang telah meninggal tetaplah hidup meskipun jasadnya telah mati. Oleh karena itu, perlu pengawetan (mumi) pada jasad agar tetap utuh. Nah, proses ini dinamakan hoeker bestafung. Selain itu mereka juga percaya dengan adanya dewa-dewa misalnya Dewa Osiris, Dewa Isis, Dewa matahari serta mensucikan hewan elang.
Sistem Pemerintahan bangsa Mesir Kuno berupa kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja (firaun) dimana dalam kehidupan sosial tercipta susunan kehidupan sosial dan masyarakat seperti bangsawan, pedagang, petani, buruh dan budak. Status sosial yang berupa budak menjadi status sosial terendah dan paling menderita karena dituntut harus melayani kebutuhan sang majikan.
Masyarakat Bangsa Mesir Kuno dapat disatukan oleh Firaun Menes sehingga ia diberi penghargaan oleh masyarakat sebagai raja bermahkota kembar (Nesutbitti). Kehidupan Raja (Firaun) sangat dihormati oleh masyarakat bahkan hampir disamakan seperti dewa. Masyarakat beranggapan bahwa raja merupakan sosok Dewa Horus, anak dari dewa Osiris.
Pemerintahan Mesir Kuno dapat kita bagi menjadi tiga zaman yaitu:
A. Mesir Kuno (3400 SM – 2160 SM)
Pada tahun 5000 SM, diperkirakan telah ada perkampungan kecil yang didirikan di sekitar Sungai Nil. Lambat laun, perkampungan ini berkembang menjadi sebuah kerajaan yang dinamakan sebagai Kerajaan Mones yang kemudian berkembang lagi mejadi dua kerajaan besar yakni Kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu.
Masyarakat Mesir Kuno menyebut raja mereka dengan sebutan Firaun atau Pharaoh yang artinya “rumah besar”. Hal ini disebabkan karena peran raja sangat dominan, mutlak serta merupakan sentral kehidupan sosial, politik dan kepercayaan masyarakat. Pada zaman ini, Raja Menes mampu menyatukan Kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu sehingga mampu memobilisasi masyarakat, hal ini dibuktikan dari adanya bagunan besar seperti piramid. Pemerintahan ini kemudian berturut-turut bergantian dipimpin oleh Raja Chufu, Raja Chepren dan Raja Menkaure.
Pada saat pemerintahan Raja Pepi I, Masyarakat Mesir Kuno mampu memperluas wilayahnya hingga daerah Sudan (Nubia) dan Abessyiria. Namun pada saat pemerintahan Raja Pepi II yang beribu kota di Memphis, kekuatan Mesir Kuno melemah disebabkan adanya perpecahan sehingga terbentuklah kerajaan-kerajaan kecil.
B. Mesir Pertengahan (2160 SM – 1788 SM)
Pada zaman ini terdapat dua pemerintahaan yakni pemerintahan Raja Sesotris III dan Raja Amenemhet III.
1. Raja Sesotris III
Keberhasilan Raja Sesotris III dimulai saat ia mampu menyatukan kembali Bangsa Mesir yang semula mengalami perpecahan pada masa pemerintahan Raja Pepi II. Selain itu, ia mampu memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke wilayah Sudan, Palestina dan ke daerah Sichem. Keberhasilan Raja Sesotris III tak hanya berhenti disitu, dimasa pemerintahannya Ia juga mampu menerapkan hubungan diplomasi dengan negara lain (Laut Tengah dan Laut Merah) terutama terkait perdagangan serta menstabilkan kondisi ekonomi dan politik sehingga masyarakat Bangsa Mesir mengalami peningkatan kesejahteraan.
Pada masa Sesotris III, kebijakan menyimpan jasad para firaun dirubah menjadi tidak di makamkan di piramid melainkan di Gua Karang. Hal ini atas pertimbangan keamanan.
2. Raja Amenemhet III
Keberhasilan Raja Amenemhet III bisa dinilai saat ia mampu memajukan pertanian masyarakat Mesir dengan memanfaatkan Sungai Nil lebih optimal. Sungai Nil tiap tahun akan mengalami banjir sehingga para masyarakat dan pendeta selalu siap dalam membuat bendungan-bendungan air. Saat air sungai surut, air-air yang tersimpan di bendungan dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan.
Kemajuan Bangsa Mesir dan kondisi tanahnya yang subur akhirnya menarik untuk diperebutkan, adalah serangan dari Bangsa Hykos yang akhirnya mampu menguasai Mesir dan mendirikan kota Awiris sebagai pusat pemerintahan. Bangsa Hykos yang berasal dari Jazirah Arab mampu melebarkan kekuasaan dan menyerang wilayah-wilayah Mesir lainnya seperti daerah Palestina dan Syria. Efek kependudukan Bangsa Hykos menyebabkan adanya pertukaran budaya. Masyarakat Mesir banyak menyerap ilmu seni dan keterampilan dari Bangsa Hykos seperti keterampilan dalam membuat alat pertanian dan senjata yang terbuat dari perunggu. Hal ini dalam perkembangannya membuat Bangsa Mesir menjadi bangsa yang kuat, maju dan modern.
C. Mesir Baru (1500 SM – 1100 SM)
Sejak 1750 SM, Bangsa Hykos telah menduduki wilayah Mesir dan menyebabkan sejumlah perkembangan. Namun situasi menjadi berubah tatkala bangsa Mesir dibawah Kerajaan Thebe berhasil menyerang dan mengusir Bangsa Hykos dari ibu kota, Awiris. Sejak saat itu, wilayah Mesir dikuasai oleh Kerajaan Thebe dimana pemerintahannya dikuasai oleh raja-raja Thebe yang kemudian membentuk kerajaan Mesir Baru.
Adapun raja-raja yang pernah memimpin pada saat itu adalah sebagai berikut:
- Ahmosis I, merupakan firaun dari Kerajaan Thebe yang memimpin langsung penyerangan Kerajaan Hykos dan berhasil menduduki ibu kota Awiris yang kemudian membentuk Kerajaan Mesir Baru.
- Thutmosis I, merupakan firaun yang mampu memperluas wilayah Bangsa Mesir hingga ke Asia Barat.
- Thutmosis III (1500-1447 SM), dibawah kekuasaannya Mesir mampu memperluas wilayah hingga daerah Babylonia, Assyria, Cicilia, Cyprus dan lain-lain.
- Amenhotep II (1447-1430 SM), mampu mempertahankan wilayah kekuasaan Bangsa Mesir yang sangat luas.
- Thutmosis IV, memiliki kebijakan politik untuk mempertahankan kekuasaan Bangsa Mesir diantaranya menjalin persahabatan dengan raja Babilonia dan firaun Mitanni serta melakukan perkawinan politik antara Thutmosis IV dengan Putri dari Firaun Artatama.
- Amenhotep IV, mengembangkan paham monotheisme untuk merubah kepercayaan masyarakat sebelumnya (yang berpaham politheisme). Kebijakan ini mengakibatkan pertentangan antara pihak kerajaan dengan para pendeta sehingga situasi menjadi tidak kondusif. Untuk menghindari hal tersebut akhirnya ibukota negara dipindahkan dari Thebe ke Al-Amarna.
- Tut-ankh-Amon, pada masa pemerintahannya kekuasaan para pendeta menjadi sangat besar sehingga mampu merong-rong singgasana raja. Akibatnya krisis politik terjadi, rakyat Mesir saling berperang dan terpecah kembali menjadi beberapa kerajaan kecil.
- Ramses I, pada masa pemrintahannya Kerajaan Mesir mampu melakukan perluasan wilayah ke daerah Palestina dan Asia Barat (Bangsa Hittit).
- Ramses II, pada masa pemerintahannya dinilai sangatlah kejam. Ia menjadikan Bangsa Yahudi sebagai budak serta memaksa dan menyiksanya sebagai pekerja untuk membangun gedung-gedung dan piramid. Selain itu ia juga membangun kuil yang diberi nama Ramsessum. Setelah meninggal, Firaun ini dimakamkan di Abu simbel.
- Ramses III, pada masa pemerintahannya, peradaban Bangsa Mesir mengalami kemunduran sehingga mampu dikuasai oleh Bangsa Libia, Abbessyiria dan Assyria. Penaklukan oleh Assyria menyebabkan Mesir menjadi bagian dari Imperium Persia.
Setelah ditaklukkan oleh Bangsa Syiria, akhirnya Mesir dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen dimana kemudian penggantinya berasal dari Bangsa Yunani dengan Ptolemeus sebagai dinasti akhir. Salah sati keturunan dari dinasti ini adalah Ratu Cleopatra. Kemudian pada tahun tahun 27 SM, Mesir menjadi wilayah kekuasaan Bangsa Romawi.